Kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia pada lailatul qadr itu banyak sekali, jarang yang bisa selamat kecuali yang dipelihara Allah. Diantaranya kesalahan-kesalahan itu:
1. Sibuk mencari dan menyelidiki keberadaannya. Sibuk mengamati tanda-tanda lailatur qadr, sehingga meninggalkan ibadah ataupun perbuatan taat pada malam itu. Betapa banyak orang-orang lupa membaca Al-Qur'an, dzikir dan lupa mencari ilmu karena sibuk mengamati tanda-tanda lailatul qadr. Menjelang matahari terbit, terkadang kita dapati ada yang sibuk memperhatikan dan mengamati matahari untuk mencari tahu, apakah sinar matahari pagi ini terik ataukah tidak. Mestinya orang-orang ini memperhatikan pesan Rasulullah saw dalam sabda beliau:
"Semoga (dengan dirahasiakannya waktu lailatul qadr itu) menjadi lebih baik bagi kalian" (HR. Bukhari)
Dalam hadits ini terdapat isyarat bahwa malam itu tidak ditentukan waktu pastinya. Dari sabda Rasulullah saw ini, para ulama menyimpulkan bahwa dirahasiakannya waktu lailatul qadar lebih baik. Mereka mengatakan "Hikmahnya, agar manusia bersungguh-sungguh dan memperbanyak amal pada seluruh malam dengan harapan ada yang bertepatan dengan lailatul qadar. Berbeda jika lailatul qodar itu telah dipastikan waktunya, maka tentu kesungguhan dalam beramal hanya akan ada dan akan dipompa pada satu malam itu saja. Akibatnya, kesempatan beribadah pada malam-malam lainnya akan berlalu begitu saja atau minimalnya amal ibadahnya menurun. Bahkan sebagian ulama mengambil satu faidah dari sabda Nabi saw di atas, yaitu sebaiknya orang yang mengetahui lailatul qadar itu menyembunyikannya karena Allah swt telah mentaqdirkan pada Nabi-Nya saw untuk tidak memberitakannya. Dan semua kebaikan ada pada sesuatu yang telah ditaqdirkan bagi Nabi saw. Sehingga kita disunnahkan untuk mengikutinya.
Dari uraian di atas, dapat di ketahui kekeliruan sebagian orang yang giat beribadah, khususnya qiyamul lail, atau ibadah secara umum pada malam keduapuluh tujuh, dengan memastikan atau seakan memastikan, malam itu adalah lailatul qodar. Selanjutnya mereka meninggalkan qiyamul lail dan tidak lagi bersungguh-sungguh dalam melakukan ketaatan pada malam-malam lainnya, karena mengira dengan menghidupkan malam ini (malam 27), mereka telah mendapatkan pahala ibadah yang lebih baik dari ibadah seribu bulan. Persepsi yang keliru ini menggiring banyak orang untuk berlebih-lebihan dalam melakukan ketaatan pada malam ini. Diantara mereka ada yang tidak tidur, bahkan tidak henti-hentinya shalat disamping memaksakan diri tidak tidur. Ada juga yang shalat dan memperpanjang waktu berdirinya, padahal sedang berjuang keras melawan kantuk, sehingga ada diantara mereka yang tertidur dalam sujudnya. Dalam kasus ini, satu sisi merupakan pelanggaran terhadap petunjuk Rasulullah saw yang melarang kita melakukan hal itu. Pada sisi lainnya, itu merupakan beban dan belenggu yang telah dihilangkan dari kita-berkat karunia dan nikmat-Nya swt.
2. Diantara kesalahan sebagian kaum muslimin pada malam ini, yaitu sibuk mengatur acara, menyampaikan ceramah. Sebagian lagi sibuk dengan nasyid-nasyid dan nyanyian puji-pujian, sehingga meninggalkan perbuatan taat. Anda bisa saksikan, ada orang yang begitu bersemangat, berkeliling ke masjid-masjid dengan menyampaikan berita terkini, serta bagaimana upaya pemecahannya. Itu dilakukan hingga menyebabkan pemanfaatan malam itu tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan syariat.
3. Diantara kekeliruan sebagian kaum muslimin yaitu mengerjakan ibadah khusus pada malam itu seperti shalat khusus lailatul qodar. Sebagian lagi senantiasa mengerjakan shalat tasbih secara berjamaah padahal tidak ada dalilnya. Sebagian lagi melaksanakan shalat hifdzul qur'an, padahal tidak ada dasarnya.
Pelanggaran-pelanggaran dan kekeliruan yang berkaitan dengan lailatul qodar-yang dilakukan oleh sebagian kaum muslmin-sangat banyak dan beragam. Kalau kita teliti dan bahas tuntas, tentu pembicaraan ini akan menjadi panjang. Apa yang kami sampaikan di sini baru sebagian kecil saja, semoga bermanfaat bagi penuntut ilmu,pendamba kebenaran dan pencari al-haq
Sumber: Majalah As-Sunnah Th XIV, Ramadhan-Syawal 1431 H, Agustus-September 2010 M